Saturday, August 13, 2016

Danau Kandi Sawahlunto



Beberapa saat sebelum memasuki kota Sawahlunto, mobil berbelok ke kanan di suatu titik menyimpang dari jalan utama, melewati jembatan Batang Ombilin, dan mampir terlebih dahulu ke kawasan Danau Kandi. Danau Kandi merupakan danau yang terbentuk dari lubang-lubang besar bekas galian tambang, dan kemudian melebar setelah jebolnya tanggul penahan aliran Sungai Ombilin.

Kami sempat naik terlebih dahulu ke puncak bukit dimana terdapat area pacuan kuda yang cukup luas (GPS -0.61463, 100.74861). Persiapan tengah dilakukan saat itu bagi perlombaan pacuan kuda yang akan diselenggarakan keesokan harinya. Lantaran tidak menemukan titik yang baik untuk melihat pemandangan, kami pun turun lagi menuju tepian Danau Kandi, dan mencari celah untuk sampai ke tepiannya.



Sungai (Batang) Ombilin di sekitar Danau Kandi yang cukup lebar namun sepertinya tidak terlalu dalam, diambil dari tengah-tengah jembatan (GPS -0.61521, 100.76040). Beberapa orang tampak tengah mandi di tepian sungai yang dangkal.



Dengan lensa tele, di belakang sekelompok orang yang tengah mandi itu tampak lereng bukit telanjang yang dikuliti untuk diambil bijih tambangnya, dengan lubang-lubang galian di bawahnya yang kini menjadi tandon air Danau Kandi.

Sawahlunto memang merupakan kota tambang. Cadangan batubara di kota ini ditemukan pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dan sejak 1 Desember 1888 pemerintah kolonial Belanda mulai menanam uang untuk membangun berbagai fasilitas guna mengeruk batubara di wilayah ini. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kota Sawahlunto.



Sebuah celah di tepian jalan yang memperlihatkan dermaga kecil Danau Kandi, yang sayangnya tidak kami temukan aksesnya menuju ke tempat itu.



Pencarian akses Danau Kandi membuat kami menemukan sebuah kolam pemancingan di tepian Sungai Ombilin dengan latar barisan pohon nyiur memagari sawah hijau subur dan perbukitan hijau biru yang rimbun.



Akhirnya kami menemukan akses menuju ke tepian Danau Kandi, yang turun menikung tajam dari jalan utama pada GPS -0.61580, 100.75930.



Entah kehidupan macam apa yang berlangsung setiap hari di Danau Kandi ini, pada suatu kurun waktu di masa silam, ketika puluhan atau bahkan ratusan orang bekerja tanpa henti berlomba mengupas kulit bumi yang tadinya hijau rimbun dan mengangkutnya ke tempat-tempat pengolahan. Harta adalah berkah dan petaka.


Tidak terlihat ada kegiatan manusia di Danau Kandi pada sore itu, yang ada hanyalah keheningan. Mungkin hanya pada hari-hari tertentu orang datang untuk memancing, atau sekadar menikmati suasana.

Sebuah sampan kecil panjang yang tersandar kesepian di tepian Danau Kandi. Tampaknya akan cukup menyenangkan untuk duduk di atas sampan itu, dan berkeliling menikmati suasana dan pemandangan di seputar Danau Kandi.

Sayang, beberapa waktu lalu sempat terbaca kabar bahwa pemerintah setempat berencana untuk menimbun Danau Kandi karena dianggap tidak cukup berhasil untuk menarik wisatawan. Entah bagian bumi mana lagi yang akan dikupas untuk menimbun kawasan ini. Semoga saja ada rencana yang lebih baik untuk mengembangkan kawasan ini, selain dengan cara menimbunnya itu.



0 comments:

Post a Comment

Ayo Berikan Komentar Kamu tentang Objek Wisata diatas, Apakah Kamu Tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut?

Translate

Membahas Objek Wisata Sumbar, Sumbar Wisata Kita Semua.

Ter Unggul

Objek Wisata Danau Biru Sawahlunto

Objek Wisata Danau Biru Sawahlunto Wisata sumatera barat >> selamat datang di Wisata Kita pada kesempatan ini Wisata Kita akan ...

Popular Posts


CLOSE